12/12/2008

CARA LAIN BELAJAR DARI SEBUAH BUKU

Di antara sekian banyak sifat baik yang ada pada manusia, sifat sederhana adalah sifat yang paling kukagumi. Tidak mudah dilakukan, memang, karena dituntut ketulusan didalamnya, juga kecerdasan! Pernah baca buku teori relativitas-nya oom Einstein, nggak? (judulnya: Relativity: The Special and the General Story). Kalo belum, gih sana ke perpus, pinjem, hehe.
Tahu, nggak, bahwa ternyata tulisannya tidak serumit yang kita bayangkan sebelumnya. Aku sendiri sampai takjub ketika membaca ilustrasi dan analogi-analoginya saat menerangkan teorinya tentang relativitas. Ia menyederhanakan hal-hal yang rumit dan melunakkan teori-teori yang kaku. Memahami rumitnya relativitas waktu tidak perlu sampai suntuk memperdebatkan rumus-rumus. Cukup dengan membayangkan bedanya satu jam buat orang yang sedang jatuh cinta dengan satu jam bagi orang yang sakit. Nah!
Contoh yang sama juga ada pada buku Emotional Intelligence, karya Daniel Goleman (terjemahannya di Indonesia diterbitkan oleh penerbit mizan) yang menggemparkan dunia pada tahun 80-an, dengan teorinya bahwa 80% kesuksesan kita ternyata ditentukan oleh berfungsinya secara efektif EQ, dan hanya 20% dari IQ (mungkin udah pada baca, ya?); dan buku terkenal dari Abraham H. Maslow, seorang pendiri psikologi humanistik yang sangat berpengaruh: The Farther Reaches of Human Nature, bahasanya enak dan mengalir, lugas dan sederhana; atau buku laris Al Ries (dan puterinya Laura Ries, psst, cewek cantik dan cerdas ini juga punya blog, lho! ini url-nya) yang sangat mencengangkan dunia marketing: The Fall of Advertising and The Rise of PR; juga -kemungkinan besar kamu pasti pernah membaca, walau cuma sekali- Chicken Soup for The Soul.
Di dunia Islam ada buku-buku karya Syaikh Yusuf Qardhawi. Ilmu fiqh yang rumit dan njelimet itu (buat aku, hehe) disampaikan oleh Qardhawi dengan cara sederhana sehingga bisa membuatku keasyikan membacanya. Dan masih banyak contoh lainnya.
Semua adalah contoh buku-buku berbobot, yang masuk kategori best seller, yang mencengangkan dan -rasanya tidak berlebihan bila disebut- merubah dunia, dan memberi pencerahan. Bila diperhatikan, persamaan dari semua buku tersebut adalah kesederhanaannya. Tidak bikin pusing dengan istilah-istilah yang berat, sehingga mudah dicerna kalangan manapun. Sederhana dalam bertutur, ringan dalam menyampaikan pemikiran yang berat.
Mereka senang memakai kalimat-kalimat dan kosakata yang sederhana dan kalaupun mereka terpaksa menggunakan istilah yang kurang dikenal masyarakat, mereka memberi penjelasan dengan cara yang sederhana dan enak. Sehingga orang-orang yang tahu tidak merasa jemu dan orang yang tidak tahu merasa lapang, tidak merasa bodoh.
Buku manapun yang kita pilih di antara karya-karya paling berpengaruh, akan mengantarkan kita pada kesimpulan tentang betapa berharganya sebuah kesederhanaan. Pemikiran yang pelik akan terasa renyah bila disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan mengalir; tema yang berbobot bisa juga dibahas dengan cara ringan tanpa harus menjadikan tulisannya dangkal dan kering.
Lalu hikmah apa yang bisa kita ambil dan terapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari?

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda