12/11/2008

Berpikir Kreatif Bagi Manajer

Tujuh tahun terakhir ini, berpikir kreatif (creative thinking) telah bergeser dari tadinya hanya dianggap sebagai hal sepele, membuang-buang waktu, menjadi keahlian manajemen yang harus dimiliki oleh para manajer.

Walau orang masih bingung memahami berpikir kreatif, nampaknya makin jelas bahwa bisnis yang tidak mengandal pada berpikir kreatif serta fleksibel, cenderung akan mengalami kegagalan.

Sejak Jeff Immelt menjadi CEO General Electric di tahun 2001, dia dan timnya sudah mulai menerapkan teknik berpikir kreatif, yang saat itu ternyata banyak yang menyepelekannya. Namun kenyataannya, kebiasaan itu mampu membawa bisnis mereka sukses besar.

Berita bagus, kita bisa berpikir kreatif. Kita dengan mudah bisa mengamati perilaku dan sistem yang digunakan oleh pemikir paling kreatif di dunia, dan kemudian kita bisa adaptasi sesuai dengan lingkungan yang kita hadapi.

Yang paling penting adalah kita tidak hanya peduli pada bagaimana kita berpikir, tapi juga pada bagaimana orang lain berpikir. Dengan demikian kita bisa bereksplorasi dan bereksperimen.

Langkah pertama untuk menjadi lebih kreatif adalah dengan: 1) sangat ingin tahu, 2) mengamati orang lain, 3) mengajukan banyak pertanyaan, 4) membaca bacaan yang luas yang tidak hanya bidang spesialisasinya, 5) mempertimbangkan bagaimana orang lain menyelesaikan persoalan yang mirip, 6) melihat industri lain di luar industri kita, dan 7) mengamati cara orang-orang mengerjakan sesuatu.

Intinya kita harus membuka mata, telinga dan pikiran kita untuk melihat hal-hal baru.

Sekarang ini, revolusi informasi sangat melanda di mana saja, akibatnya, memiliki informasi bukan lagi merupakan keunggulan bersaing seperti di masa lalu. Yang harus kita lakukan adalah kita harus memfokuskan diri pada informasi yang benar-benar unik bagi organisasi kita.

Inilah mengapa menjadi sungguh penting bagi kita untuk memperhitungkan kemampuan kita berpikir secara kreatif, dan juga bagaimana berpikir kreatif pada karyawannya dikenali dan dipelihara dengan sungguh-sungguh oleh perusahaan...

Mari kita coba berpikir kreatif. Mengajukan pertanyaan adalah langkah awal yang bagus. Contoh, pertimbangkan pekerjaan yang sedang anda lakukan. Apakah pekerjaan itu sudah sempurna? Apakah yang anda lakukan sudah sesuai dengan tugas anda, ataukah ada 'cacat' yang perlu diperbaiki? Mengapa anda bekerja dengan cara itu? Sudahkah itu cara yang terbaik? Bagaimana cara memperbaikinya? Apakah cara kerja anda itu memang memberi manfaat bagi pelanggan atau terbaik bagi perusahaan?

Hanya mengajukan pertanyaan saja sudah cukup memancing pemikiran-pemikiran baru. Jadi cara yang termudah untuk berpikir keatif adalah mengajukan pertanyaan...

Salam

Label:

Ternyata Kekayaan Mendatangi Orang-Orang yang Sabar

Turun berat badan 10 kilo dalam seminggu," "Jadi Sarjana Ekonomi dalam 2.8 tahun," "Semprotkan Deodorant Axxeu Niscaya Cewek Lengket kepada kita."

Lihat baik-baik, iklan-iklan tadi (sudah disamarkan) menjanjikan hasil instan. Tidak perlu ada upaya keras. Cukup minum jamu itu dan langsung kurus, tidak perlu olah raga.

Cukup semprot deodorat Axxeu dan cewek-cewek akan merubung kita. Benarkah hal itu?

Selamat datang di budaya instan, dan budaya kurang sabar.

Pagi itu sebuah mobil melaju begitu kencang di tengah padatnya lalu lintas. Ia tidak menghiraukan orang lain. Saya yang disalip, hanya bisa berujar, "sabar..."

Rekan-rekan muda saya, juga tidak sabar ingin segera menjadi manajer, menjadi pejabat, padahal kemampuan dan kematangan mereka masih minim.

Kita adalah satu-satunya makhluk yang sering tidak sepakat dengan alam. Ketika kemarau, berharap hujan. Ketika hujan datang, mengeluh. Kita berharap kapan segera kemarau (karena kebanjiran). Perhatikan alam. Dia menumbuhkan padi paling tidak butuh 4 bulan, pohon jagung menghasilkan buah setelah 3 bulan. Buah mangga tidak akan berbuah bulan Januari, ia akan berbuah sekitar bulan Juli-Agustus.

Ketika dibutuhkan pohon beringin yang bisa menaungi orang banyak, alam butuh lebih dari 50 tahun untuk menumbuhkannya. Kitalah makhluk yang sering tidak mau sabar, tidak mau menunggu. Akibatnya, kita sering stres. Ketika tahu sedang musim hujan, kita malah mengeluh mengapa hujan terus. Padahal kita tahu betul bahwa memang masanya sedang musim hujan.

Sabar, ternyata amat erat kaitannya dengan sukses di masa datang. Kita sabar sekolah dan kuliah belasan tahun agar jadi sarjana. Orang-orang yang menabung di masa mudanya, akhirnya bisa menjadi jauh lebih kaya jika mereka sabar membiarkan uang itu berbiak dalam rekening bank mereka.

Celakanya, kita dibesarkan dalam budaya instan. Akibatnya, kita kurang menghargai kesabaran. Kapasitas kita untuk menunda kenikmatan instan, ternyata merupkan komponen utama kecerdasam emosi dan kematangan seseorang.

Tanpa kesabaran ini, kita hanyalah seperti kanak-kanak yang menginginkan segalanya terjadi sekarang ini. Ingin permen, tinggal merengek, dan orang tua akan memberikan. Senyatanya, hidup tidaklah seperti itu. Untuk mencapai sukses, butuh waktu yang panjang..

Penelitian anak-anak prasekolah menunjukkan bahwa anak-anak yang bisa bersabar untuk menahan keinginan akan sesuatu, cenderung lebih sukses di masa dewasanya.

Psikolog Walter Mischel, Ph.D. dari Universitas Columbia, melakukan studi terhadap anak-anak yang berumur 4 tahun. Ia miengukur tahan tidaknya anak-anak itu terhadap godaan permen yang ada di hadapannya.

Anak-anak yang hanya tahan beberapa detik ternyata setelah 10 tahun dan diukur nilai SAT-nya, ternyata lebih rendah 60 poin dibanding anak-anak yang mampu bertahan 5 menit atau lebih.

Dari telusuran lebih lanjut ternyata anak-anak prasekolah yang mampu menahan diri dari godaan tadi, di masa dewasanya ternyata lebih mampu bersosialisasi dan secara kognitif jauh lebih baik dibanding anak-anak yang tidak tahan untuk mengambil permen.

Anak-anak yang tahan godaan tadi ternyata juga lebih mampu tahan terhadap stres dan frustrasi.

Ah itu masa kecil, sekarang kita sudah dewasa. Apa yang bisa kita perbuat agar kita bisa lebih sabar? Bagian cortex di prefrontal di otak kita berfungsi memperlambat tindakan impusif (tindakan tanpa pikir panjang) yang bisa membantu kita memilih pilihan yang memastikan kesuksesan di masa datang.

Ketika bagian otak itu berfungsi baik, ketika anda melewati kentang goreng di meja makan, sementara anda sedang diet, anda pasti tidak akan tergoda untuk melahapnya. Bahkan jika anda biasanya langsung 'menyerbu' makanan itu, anda bisa melatih ulang kerja otak anda.

Sistem nervous di otak kita memiliki fleksibilitas. Ia dapat mencipta jaluran sel baru sebagai tanggapan terhadap perilaku baru. Oleh karenanya, ketika anda sedang berlatih untuk sabar, anda bisa mengembangkan kemampuan itu secara bertahap yang akhirnya bisa menjadi alami bagi anda.

Berikut beberapa saran...

* Jangan beri kesempatan anda untuk menunda-nunda.
Ketika saya harus mempersiapkan pelatihan atau seminar yang besar, saya sering menunda-nunda. Daripada mempersiapkan bahan, saya malah asyik browsing internet. Saya menghibur rasa bersalah dengan mengatakan, "toh ini juga persiapan." Celakanya, browsing bisa berjam-jam. Saya merasakan 'kenikmatan' ketika lari dari tugas mempersiapkan bahan.

Atau saya malah menonton film di gedung bioskop dengan istri saya. Ketika istri bertanya mengapa tidak segera menyelesaikan tugas, saya jawab bahwa saya harus refreshing dulu. Senyatanya, saya menunda-nunda. Saya tidak sabar terhadap 'kesusahan' mempersiapkan bahan seminar.

Akibatnya, ketika waktu makin mepet, saya mengalami stres. Saya kerja hingga larut malam. Ketika selesai, ada rasa kurang puas terhadap hasil yang saya capai.

Tapi sekarang saya mulai sadar terhadap 'jebakan' menunda-nunda itu. Ketika ada dorongan untuk menunda-nunda, daripada melawan, saya beri kesempatan diri saya untuk 'bersenang-senang' barang satu dua jam. Setelah itu saya langsung ' tancap gas' menyelesaikan tugas-tugas.

* Jadikan waktu menunggu jadi sahabat anda.
Ketika kita sedang macet dan diam terpaku di mobil, mengapa kita tidak melihat apa yang bisa kita pelajari dari lingkungan di situ. Bagi saya, ketika macet, saya malah melatih pernafasan chi kung (melatih nafas lembut yang memperhatikan perut mengempis dan mengembang).

Ketika mengambil nafas saya membayangkan energi dari alam masuk ke badang saya dan merilekskan serta menyegarkan, dan ketika keluar nafas, saya membayangkan stres dan energi hitam keluar dari badan. Hanya melakukan ini saja, sudah membuat badan rileks. Jadi ketika ada macet, pasti saya langsung chi kung. Jadinya, macet malah menyenangkan, malah ditunggu...Silakan dicoba...

* Lakukan sesuatu bagi orang lain.
Keinginan memperoleh sesuatu secara instan, itu semua karena kita hanya berkonsentrasi pada diri kita. Kenikmatan, kebahagiaan mendalam adalah ketika kita tidak egois dan tindakan kita bisa memberi manfaat pada orang lain. Ketika saya mengajar dan melihat mahasiswa mengobrol terus, saya kadang terpancing untuk marah.

Ketika saya marah, yang terjadi sebenarnya adalah diri saya yang merasa terluka. Berani-beraninya mereka 'menyepelekan' seorang doktor yang lagi memberi mereka ilmu. Ketika pemikiran ini menyeruak, kemudian saya coba sadar, marah tidaklah memberikan hasil apa-apa. Saya ada di kelas ingin mencerdaskan mereka. Langsung saja saya uraikan betapa saya agak terganggu dengan perilaku ngobrol mereka. Betapa saya sangat sayang kalau mereka tidak maju hanya karena mereka mengobrol. Begitu saya bicara penuh perasaan itu, deru ngobrol langsung cep, sepi, sunyi.

Coba andaikata saya melontarkan sumpah serapah, walau mereka tidak komentar (karena takut barangkali), suasana menjadi tidak menyenangkan.

Orang Indian Amerika mengajarkan hal yang sangat baik. Mereka mengajarkan bahwa kita harus memikirkan bahwa tindakan kita akan mempengaruhi dunia hingga tujuh generasi yang akan datang. Ketika kita berpikir tentang ini, kita akan terpacu untuk berbuat baik kepada orang lain. Begitu kita memikirkan orang lain, ego-ego tadi akan 'tertindas' dan kita tidak akan terlalu memikirkan kepentingan kita saja. Ketika kita mulai berpikir tentang orang lain, mereka akan merasakan kita sebagai pribadi yang hangat, pribadi yang perhatian. Dan inilah salah satu ciri orang yang memiliki kecerdasan emosi...

* Tanamlah tumbuhan niscaya anda akan jadi sabar.
Ketika saya menebar benih sosin (bayam untuk bakso), saya menunggunya dengan penuh antusias. Kapan biji-biji itu tumbuh. Hanya dua hari saja, benih sudah tumbuh, keluar daun yang perlahan-lahan tumbuh besar.

Mengamati daun bayam yang tumbuh hari demi hari, ternyata cukup nikmat. Ketika sosin sudah dipetik dan dicampurkan mie instan, wah rasanya nikmat. (Lho, saya sendiri yang menanam bukan? Pasti nikmat...)

Saat itu, saya bisa amati bahwa betapa pun saya berharap agar sosin cepat besar, ia tumbuh sesuai dengan masanya. Karena saya menghargai kecerdasan alam, saya sabar saja menunggunya...Akibatnya, hingga saat ini, menurut saya (dan orang-orang lain), saya cukup sabar.

Jangan lupa, jika anda menabung uang 1 juta dan mendapat bunga 18 persen setahun (banyak yang menawarkan bunga sebesar itu jika anda bisa mencarinya), setelah 40 tahun menjadi Rp. 1.024.000.000,-

Mengapa demikian besar? Itulah prinsip bunga berbunga atau compound interest. Besar sekali bukan? Itulah buah sabar. Jadi kalau anda ingin sukses, kaya, jadi pemimpin hebat, anda harus sabar. Anda harus sabar untuk tetap tekun belajar, menerapkan teori-teori, dan akhirnya anda akan sukses.

Salam Kesabaran

Label:

Kiat dan Strategi Persiapan Pensiun

Pensiun sering berarti hidup sengsara. Jangan sampai itu menimpa anda, pelajari informasi berikut agar anda mampu pensiun dengan tenang dan tenteram dengan memiliki bisnis sendiri...
Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa terasa, pensiun sudah mendekat. Sering tanpa persiapan apa-apa. Akibatnya, di masa tua, mengalami stres, jenuh, susah, dan cenderung marah-marah. Hidup terasa tidak lagi bermakna. Menapaki waktu dari pagi hingga sore, sangatlah lama. Tidak ada yang dikerjakan. Frustrasi...

Stop. Jangan sampai itu menimpa anda. Pensiun atau berhenti bekerja sangatlah alami. Demikian alaminya sehingga kita sering tidak mempersiapkan secara cermat. Di lain pihak, ada orang yang begitu mempersiapkan diri. Ketika ia masih aktif bekerja, ia sudah punya bisnis sampingan. Bisnis itu dikelola selama 10 tahun, dan sekarang sudah sukses. Baginya, pensiun adalah dambaan selama ini. Jika dulu ia 'nyuri-nyuri' waktu untuk menjalankan bisnisnya, sekarang ia bebas berbisnis. Dan bisnisnya berkembang baik. Ia mampu bernafas lega ketika pensiun...

Kita semua pasti ingin seperti orang kedua tadi bukan? Agar pensiun anda bisa anda nikmati dengan memiliki bisnis yang anda sukai, maka anda harus belajar. Ingat, kata kuncinya adalah berbisnis sesuai dengan kesenangan kita. Jika anda senang musik, mengapa tidak mendirikan sekolah musik? Jika anda senang bertanam anggrek, mengapa anda tidak berbisnis anggrek?

Pelatihan ini mempersiapkan anda dengan segala macam strategi, teknik dan tips bagaimana mendeteksi bisnis yang tepat sesuai dengan kesenangan anda. Ketika anda sudah menghabiskan lebih dari 20 atau 25 tahun, pastilah anda sudah memiliki segudang ilmu dan pengalaman yang bisa dijadikan bisnis. Di pelatihan ini, anda akan diajari cara menemukan peluang bisnis yang tepat dengan kesenangan anda.

Pelatihan ini juga akan 'membangunkan' anda agar sadar dan bertindak untuk secara sistematis mempersiapkan pensiun. Sudah tidak terhitung banyaknya orang yang begitu menderita ketika pensiun. Dengan pelatihan ini, anda akan mulai bisa mempersiapkan apa saja yang harus dilakukan agar pensiun anda menyenangkan...

Label:

SDM Bukanlah Aset Terpenting...Tidak percaya?

Ketika saya main tenis, seorang teman yang cukup kaya ikut bergabung bermain. Saya lirik raketnya amat mahal, berjuta-juta. Satu hal yang jarang dilakukan di permainan tenis. Harga raket tenis waktu itu berkisar 400 ribu hingga 600 ribu rupiah.

Dengan raket mahalnya dia mengayun raket mencoba memukul bola. Wus, mleset. Ia mencoba sekuat tenaga. Tung, bola kena dipukul tapi malah keluar lapangan, dan kami harus berhenti karena menunggu bola diketemukan.

Tiba-tiba datang seorang berpakaian olah raga agak lusuh. Raketnya mungkin masih dari kayu, pokoknya murah harganya. Dengan santai dia memukul bola, base line, drop shot, dan voli dengan mudah dan akurat. Ia bahkan kelihatan tidak berkeringat. Ia mengalahkan kita semua. Siapa dia? Ternyata ia seorang bekas ball boy dan sekarang menjadi pelatih.

Ketika kami istirahat, kita guyon. "Benar juga ya kata orang bahwa the man behind the gun adalah lebih penting daripada gun itu sendiri. Walau raketnya jutaan, tapi kok tergopoh-gopoh karena kurang ahli..."

Kami saat itu tersadar bahwa ratusan SDM yang berbakat lebih penting dari pada jumlah SDM yang ribuan. Malah pejabat Microsoft pernah mengatakan bahwa satu programmer yang luar biasa berbakat, jauh lebih baik dibanding 10.000 programmer biasa saja.

Ini pula yang sering dihadapi oleh pimpinan perusahaan. Memiliki karyawan begitu banyak, tapi selalu saja merasa tidak cukup. Ketika membutuhkan keahlian tertentu, selalu saja susah mencarinya. Akhirnya, dengan terpaksa, harus merekrut orang baru atau memakai jasa konsultan.

Dari telusuran Jim Collins dalam Good to Great-nya, ia menemukan bahwa di perusahaan yang hebat-hebat tersebut melakukan lebih banyak upaya untuk menemukan orang yang tepat daripada jumlah. Andaikata perusahaan sebagai bis, lebih penting ada penumpang yang tepat dari pada penumpang bis yang penuh namun tidak tepat.

Perusahaan itu mengkondisikan keadaan agar orang-orang hebat tetap bekerja di sana. Tapi bagi orang yang tidak tepat (tidak bakat, keahliannya kurang bermanfaat dsb), sistem yang ada akan membuat mereka tidak kerasan. Akibatnya, mereka banyak yang keluar dari perusahaan hebat itu.

Hebatnya lagi, ketika perusahaan-perusahaan itu lagi menghadapi masalah mereka tidak langsung meng-PHK. Ini jelas beda dengan perusahaan biasa saja. Begitu menghadapi masalah, seperti krisis keuangan global seperti sekarang ini, mereka akan dengan serta merta dan ringan hati untuk mem-PHK. Mereka merasa bahwa inilah strategi yang terbaik.

Perusahaan hebat menemukan bahwa memiliki orang yang tepat (termasuk bakat, motivasi, semangat kerja, dan keahlian), adalah kunci menghadapi masalah apa saja. Ketika mereka menghadapi masalah, orang-orang hebat tadi akan bisa mencari solusii yang tepat. Ketika produk mereka mengalami penurunan, mereka akan bisa mencari produk pengganti atau me-repositioning agar bisa meningkatkan penjualan.

Masalah memiliki karyawan yang tepat ini amat krusial pada perusahaan yang sifatnya padat karya seperti PT Pos Indonesia dan PT KAI yang karyawannya berjumlah puluhan ribu.

Bagaimana Cara Menciptakan Sistem Agar Memiliki Orang-Orang yang Tepat.

1. Perekrutan harus berdasarkan pada tuntutan kompetensi yang dibutuhkan.

Pada umumnya ketika perusahaan merekrut, mereka hanya mencantumkan karakteristik karyawan yang amat umum. Misalnya lulus S-1 Teknik, berpengalaman 2 tahun, memiliki semangat kerja, pantang menyerah dsb.

Harusnya dipetakan dulu kompetensi yang dibutuhkan. Caranya mudah. Amati karyawan yang kinerjanya luar biasa. Modelling atau catat berilaku, pola pikir, pola tindak, dan kebiasaan serta perasaan orang itu ketika bekerja. Tanyakan apa yang memotivasi orang itu sehingga bisa bekerja hebat.

Dari catatan tadi, kita akan memperoleh seperangkat perilaku spesifik yang bisa kita jadikan pegangan untuk merekrut. Tentu perilaku tadi harus bisa diamati. Cara mengetes peserta adalah dengan menyajikan kasus-kasus tertentu di mana calon harus mengemukakan pikiran, perasaan, strategi yang perlu dilakukan.

Pewawancara tinggal mencocokkan jawaban tadi dengan seperangkat kompetensi yang sudah didapat dari karyawan hebat tadi. Insya Allah dalam tulisan-tulisan mendatang saya bisa membahas SDM berbasis kompetensi...

2. Adanya sistem yang tegas (bukan kejam) yang mengukur kinerja karyawan secara jelas dan akurat.

Sistem itu harus disesuaikan dengan filsafat yang dianut oleh perusahaan itu. Jika perusahaan itu menganut perlunya inovasi dan bebasnya gagasan mengalir, maka sistem yang ada harus mendorong agar gagasan bisa bebas mengalir. Gaji/Imbalan juga harus mendorong orang agar bebas berinovasi. Tentu aturan yang sifatnya 'mencekik' kreativitas, harus dihilangkan.

Artinya, standar-standar kinerja jelas, termasuk jika seseorang tidak menunjukkan kinerja yang seharusnya. Sistem ini akan mempersilakan orang yang tidak berkinerja untuk keluar.

Sepintas sistem seperti itu kejam, tapi inilah hakekat yang dihadapi oleh perusahaan saat ini. Tidak ada yang mudah seperti dulu. Hanya dengan orang-orang terbaiklah perusahaan mampu mengarungi perubahan yang dahsyat ini.

Jadi SDM bukanlah aset. Yang benar adalah memiliki SDM yang tepatlah yang sesungguhnya menjadi aset perusahaan...

Salam

Label: ,

NILAI – KEPUASAN KERJA - MOTIVASI

1. Prinsip dasar nilai yang dimiliki setiap individu.

¨ Pengertian nilai

Keyakinan dasar bahwa suatu modus perilaku tertentu lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan modus perilaku lainnya.



¨ Sistem nilai

Suatu hirarki yang didasarkan pada suatu peringkat nilai-nilai seorang individu dalam hal intensitasnya.



¨ Sumber sistem nilai

- Orang tua/keluarga ; Masyarakat ; Pendidikan



¨ Tipe nilai

- Teoritis ; Ekonomis ; Estetis ; Sosial ; Politis ; Religius



¨ Hubungan nilai dan perilaku

- Sistem nilai yang dianut seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang karena nilai mempengaruhi sikap dan sikap mempengaruhi perilaku.

- Seseorang yang memiliki sistem nilai lebih tinggi cenderung berperilaku lebih terkendali dibandingkan seseorang yang memiliki sistem nilai lebih rendah.

- Seseorang yang memiliki sistem nilai berbeda maka akan mempengaruhi pandangan tentang mutu suatu tindakan atau produk.





2. Tekanan psikologis

¨ Suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu memberikan jawaban secara wajar dan tepat terhadap rangsangan dari sekitarnya, atau mampu tetapi dengan biaya yang terlalu besar seperti kelelahan kronis, tertekan, khawatir, gangguan fisik, syaraf atau kehilangan harga diri.



¨ Penyebab tekanan psikologis

- Kurang diterima di lingkungannya ; Jenjang hirakhi ; Kompetisi ; Ketidakpastian peranan ; Perubahan



¨ Bentuk tekanan

- Frustasi ; Cemas ; Rendah diri



¨ Pengaruh terhadap perilaku

- dorongan untuk bangkit ; dorongan merubah persepsi ; jawaban/tindakan kreatif ; menggerutu ; afiliasi kelompok ; agresif depresi ; alkoholisme ; melarikan diri



3. Kepuasan kerja pegawai.

¨ Pengertian

Rasa senang dan puas selama dan setelah melakukan suatu pekerjaan.



¨ Pengukuran kepuasan kerja

- Sejauh mana perasaan seseorang selama/setelah melakukan pekerjaan

- Skala Likert : 1 – 5 / 0 – 4 / STS-TS-R-S-SS







¨ Hal-hal yang menentukan kepuasan kerja

- Imbalan yang pantas

- Kondisi kerja yang mendukung/rekan sekerja yang mendukung

- Kesesuaian antara kemampuan dan level kesulitan pekerjaan

- Kesesuaian antara kepribadian dan jenis pekerjaan

- Kerja yang secara mental menantang.



¨ Efek kepuasan kerja pada kinerja

- Tingkat produktifitas ; Tingkat kemangkiran ; Tingkat keluar pekerjaan



¨ Pengungkapan ketidakpuasan

- Keluhan/protes/kritik; Pasif/apatis; Sabotase; Keluar pekerjaan



4. Teori motivasi :

¨ Teori tingkat kebutuhan (Maslow) :

- biologis/keamanan/sosial/penghargaan/aktualisasi diri



¨ Teori X dan Y (Douglas Mc Gregor)

Teori X : manusia dari sisi negatif
- Karyawan tidak menyukai pekerjaan/selalu menghindari pekerjaan

- Karyawan harus dipaksa kerja

- Menghindari tanggung jawab

- Menempatkan keamanan di atas faktor lain dan sedikit berambisi

Teori Y : manusia dari sisi positif
- Karyawan butuh bekerja seperti juga butuh istirahat dan bermain

- Karyawan dapat mengarahkan/mengawasi diri sendiri dalam bekerja

- Karyawan dapat menerima tanggung jawab

- Memiliki kemampuan inovatif dan berambisi

¨ Teori motivasi Higiene (Frederick Herzberg)

- Hubungan seseorang dengan pekerjaannya merupakan suatu hubungan dasar dan sikapnya terhadap pekerjaan dapat menentukan sukses dan gagalnya seseorang.

- Faktor-faktor seperti kebijakan dan administrasi perusahaan, penyeliaan, dan gaji bila memadai akan menentramkan para karyawan, bila tidak maka karyawan tidak akan puas.



¨ Teori ERG (Clayton Alderfer) :

- Existence ; Relatednes ; Growth



¨ Teori kebutuhan (Mc Clelland) :

- Kebutuhan berprestasi; Kebutuhan kekuasaan; Kebutuhan afiliasi



¨ Teori Evaluasi Kognitif :

- Memberikan imbalan ekstrinsik untuk perilaku yang sebelumnya secara intrinsik telah diberi imbalan cenderung mengurangi tingkat motivasi secara keseluruhan (adanya imbalan ganda maka imbalan yang kedua kurang ada artinya).



¨ Teori Penentuan Tujuan (Gene Broadwater) :

- Tujuan pekerjaan yang khusus dan sulit akan mengantar ke kinerja yang lebih tinggi.



¨ Teori Penguatan :

- Perilaku merupakan fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya.

- Penguatan adalah yang mengkondisikan perilaku, jadi apabila suatu tindakan diberi respons maka tindakan itu cenderung diulang.

¨ Teori Keadilan (Jane Pearson) :

- Setiap individu selalu membandingkan masukan dan keluaran pekerjaajn mereka dengan orang lain (baik di dalam maupun di luar organisasinya) kemudian berespon untuk menghapuskan ketidakadilan yang terjadi di tempat kerjanya.



¨ Teori Harapan (Victor Vrooms) :

- Kuatnya kecenderungan untuk bertindak bergantung kepada harapan bahwa tindakan itu akan menghasilkan keluaran tertentu dan daya tarik keluaran tadi terhadap seorang individu.

- Tiga hubungan yang mempengaruhi :

+ Upaya – kinerja

+ Kinerja – imbalan

+ Imbalan – tujuan pribadi



5. Motivasi dalam pekerjaan :

- Imbalan yang memuaskan dan sesuai tingkat kebutuhan karyawan

- Perlu diberi insentif/pujian/penghargaan bagi karyawan yang berprestasi lebih dari pada yang lain.

- Tidak perlu imbalan ganda untuk satu jenis pekerjaan yang sama

- Diberikan pemahaman tentang pentingnya arti pekerjaannya.

- Karyawan tipe X diberi perlakuan berbeda dengan karyawan tipe Y

- Penempatan sesuai kemampuan, sesuai kepribadian dan minatnya.

- Harus ada kejelasan karier bagi karyawan.

- Pemberian pekerjaan bertahap, dari yang sederhana ke yang lebih sulit.

- Catatan pekerjaan yang pernah dilakukan digunakan sebagai dasar promosi.

- Pemberian pekerjaan/penugasan harus memperhatikan kondisi kejiwaan seseorang saat ditugaskan.

Label:

PERILAKU ORGANISASI

1. Konsep Perilaku Organisasi

Pengertian

- Organisasi :

- Sistem kerja sama sekelompok orang yang mempunyai aturan dan keterikatan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

- Struktur pembagian kerja dan mekanisme kerja antara sekelompok orang yang mempunyai aturan dan keterikatan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan



- Perilaku :

- Sikap dan tindakan



- Ilmu Perilaku organisasi

- Ilmu tentang perilaku tiap individu dan kelompok serta pengaruh tiap individu dan kelompok terhadap organisasi, maupun perilaku interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok dalam organisasi demi kemanfaatan suatu organisasi.



- 4 unsur utama perilaku org. :

- pandangan psikologi

- pandangan ekonomi

- pandangan bahwa individu dipengaruhi aturan org. dan pemimpinnya

- pandangan tentang penekanan kepada tuntutan manajer untuk mencapai tujuan organisasi.



- Ilmu pendukung :

- psikologi (sosial/massa/ industri), sosiologi, ekonomi, politik.





- Cara pandang kesisteman :

- Sistem tertutup : hasil adalah selalu buah dari suatu usaha dan manusia hanyalah bagian dari mesin organisasi yang kompleks.

- Sistem terbuka : kekuatan yang berupa perasaan, norma dan sikap berpengaruh terhadap perilaku seseorang dlm. organisasi (faktor lingkungan ikut berperan thd. perilaku seseorang dalam organisasi).



- Manfaat ilmu perilaku organisasi bagi pimpinan dan anggota organisasi.

- Menentukan kebijaksanaan

- Membuat aturan

- Memecahkan masalah, dll..



2. Ruang Lingkup Ilmu Perilaku

- Perilaku manusia dalam organisasi

- Hart & Scott : para ahli punya pra-anggapan thd. perilaku manusia.

- Copernicus : matahari pusat jagad raya

- Darwin : evolusi

- B.F. Skinner : tindakan manusia dipengaruhi lingkungannya.

- Machiaveli : lebih baik ditakuti daripada dicintai (autokratis)



- Teori perilaku berdasarkan teori Birokrasi Max Weber :

- Spesialisasi, tingkatan berjenjang, sistem prosedur/aturan, hubungan kerja impersonal, promosi dan penghasilan.



- Sumber kewenangan :

- 1. rational-legal authority; 2. traditional authority; 3. charismatic authority.



- Teori Organisasi Administratif Henry Fayol:

- Setiap bentuk usaha terdiri dari 5 subsistem : 1. teknik dan komersial (pembelian, produksi, penjualan); 2. keuangan (pencarian dan pengendalian modal); 3. pengamanan; 4. akuntansi; 5. administrasi.

- Teori Manajemen Ilmiah Frederick W. Taylor:

- studi waktu; pembedaan pengupahan; perencanaan kerja; sistem pembiayaan; standarisasi peralatan.



- Perilaku organisasi dalam beberapa jenis pendekatan manajemen :

Manajemen tradisional
- Tiap individu memiliki perilaku tertentu dalam tiap proses perencanaan, organisasi, penggerakan dan pengawasan.

- Tiap kelompok/unit kerja memiliki karakteristik tertentu dalam berinteraksi di dalam maupun antar kelompok/unit kerja.



Manajemen berdasarkan sasaran :

- Tiap individu atau keompok memupunyai interest tertentu dalam menentukan sasaran kerja tiap unit dan bahkan penentuan sasaran organisasi.



Manajemen stratejik :

- Tiap individu atau kelompok memiliki pandangan yang berbeda dalam menganalisa lingkungan, penentuan visi dan misi, perumusan strategi, implementasi strategi maupun pengendalian strategi.



Manajemen mutu terpadu :

- Tiap individu atau kelompok memiliki tolok ukur mutu yang berbeda dan memiliki komitmen mutu yang berbeda pula..

Label:

Manajemen dan kepemimpinan, sebenarnya apa perbedaan mendasar kedua istilah itu?

Dua kata itu, manajemen dan kepemimpinan sangat sering kita dengar. Kadang kata itu sering kita persamakan artinya. Ketika kita melihat perusahaan yang sangat berkembang kita sering mengatakan, “manajemen di sana baik.” Kadang kita berkata, “Saya yakin kepemimpinan di sana pasti baik.”

Namun kata manajemen begitu melanda dalam kehidupan sehari-hari. Ketika anda ingin mengkritik sebuah universitas yang prestasinya buruk, anda mengatakan "manajemen universitas itu tidak cakap." Ketika anda bicara pengelolaan pajak yang amburadul, anda mengatakan, "manajemen pajak di negeri kita payah."

Saat ini kita memang hidup penuh dengan berondongan istilah yang macam-macam, yang semuanya terkait dengan manajemen.. Benchmarking, balance score card, intrapreneuring, empowerment, business process reengineering, dan istilah-istilah aneh-aneh (tapi pasti Inggris) begitu melanda organisasi kita.

Celakanya, kita sering begitu “gagah” menggunakan kata-kata asing itu. Daripada bilang pemberdayaan, kita lebih mantap bicara empowerment. Daripada bicara hubungan pelanggan yang akrab, kita katakan customer intimacy, atau malah sekadar customer relationship.

Namun ada fenomena menarik, walau kita sering mengucapkan berbagai istilah manajemen, kita malah sering tidak tahu arti persis dari kata-kata itu. Seringkali pula istilah manajemen itu kita dengar dari orang lain, karena terasa gagah, kata itu kemudian menjadi “kosa kata” kita sehari-hari tanpa kita pernah tahu dari literatur mana sumber istilah manajemen itu.

Ketika kita makin berakrab-akrab dengan berbagai istilah itu, agar “membumi” kita ganti istilah itu menjadi bahasa Indonesia. Management kita terjemahkan menjadi manajemen, dan leadership menjadi kepemimpinan.

Sebenarnya apa perbedaan “hakiki” antara manajemen dan kepemimpinan? Silakan baca terus...

Berbagai pakar mempunyai pendapat yang bermacam-macam tentang manajemen dan kepemimpinan itu.. Satu penjelasan yang mudah dipahami adalah dari Stephen Covey.

Andaikata kita ini sedang akan membuka hutan untuk eksplorasi hasil hutan, maka seorang pemimpin akan mengatakan, “Baik, dari berbagai informasi dan pertimbangan, saya putuskan hutan di lereng bukit itu yang harus kita tebang dulu.” Sebagai pemimpin ia menjelaskan bagian mana yang harus dieksplorasi.

Begitu pemimpin itu menjelaskan bagian hutan mana yang harus dibuka, maka saatnya peran manajemen berlaku. Para manajer akan memikirkan cara-cara, alat-alat, metoda yang paling efektif untuk membuka hutan itu. Mungkin mereka akan memakai gergaji listrik, mungkin memakai gergaji panjang karena medannya sulit, atau bahkan mereka akan melingkar untuk mencari celah agar mudah membuka bagian hutan itu.

Bisakah sekarang anda membedakan fungsi manajemen dan kepemimpinan? Kepemimpinan adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen berusaha untuk mewujudkan agar arah tadi bisa tercapai. Manajemen lebih peduli kepada pemilihan metoda, cara-cara agar tujuan itu bisa tercapai secara efektif. Itu tadi adalah konsep manajemen dan kepemimpinan dari Covey.

Warren Bennis, pakar kepemimpinan dan manajemen terkenal, dengan cerdas mengatakan, “Pemimpin menaklukkan situasi. Mungkin situasi itu kacau, membingungkan, mengherankan dan bahkan menantang kita dan bisa membungkam kita jika kita biarkan situasi itu makin memburuk. Manajer, atau manajemen? Manajer menyerah atas keadaan itu. Manajemen berarti mengelola, sedangkan kepemimpinan, menginovasi. Manajer adalah tiruan, sedangkan pemimpin adalah asli. Manajemen menjaga hal-hal, pemimpin mengembangkan hal-hal. Manajemen berfokus pada sistem dan struktur sedangkan kepemimpinan berfokus pada orang-orang”

Pendapat saya sendiri? Kunci dari kepemimpinan adalah pengaruh. Ia berbuat, bertindak, bekerja untuk mempengaruhi orang agar mau bergerak menuju arah yang sudah dicanangkan. Anehnya, kepemimpinan dikatakan sukses jika orang-orang itu kemudian bergerak, maju dan menganggap tujuan tadi milik mereka yang harus mereka perjuangkan dan capai.

Mengapa kita selalu mengatakan bahwa Panglima Besar Jendral Soedirman bahwa beliau berjasa memimpin perang gerilya. Secara fisik, beliau sangat tidak meyakinkan. Bagaimana bisa meyakinkan? Beliau batuk-batuk, sakit paru-paru yang parah dan harus ditandu. Badannya tidak gagah, dulunya beliau adalah seorang guru. Dapatkah anda membayangkan seorang pahlawan perang ternyata orang yang penyakitan. Lariskah film perang seperti Rambo jika tokoh Rambo itu ternyata untuk berjalan saja tidak bisa?

Lalu, mengapa ia bisa menggerakkan tentara, dan rakyat untuk berjuang? Pengaruh. Bagaimana kita tidak tergerak, terpacu untuk berperang, sedangkan orang yang sakit-sakitan itu tidak pernah lelah terus bersemangat berperang, bahkan sakitnya itu seolah tidak mampu mencegah gelora semangat juangnya yang tidak pernah kendor?

Mengapa kita tidak mengatakan manajemen Soedirman efektif? Jelas tidak. Di samping, mungkin saat itu belum dikenal istilah manajemen, para pejuang merasa bahwa mereka dipimpin oleh Jendral besar itu. Penelitian menunjukkan bahwa ketika orang-orang berada di dalam situasi yang kacau, tidak aman, tidak menentu, mereka sangat membutuhkan pemimpin, dan bukannya manajemen. Saya membahas hal itu secara panjang lebar dalam Transformational Leadership: Terobosan Baru Menjadi Pemimpin Unggul

Jadi ketika anda menjabat sebagai pemimpin, jangan pernah lupa tugas anda untuk mempengaruhi bawahan anda. Ajak mereka untuk “memeluk” tujuan yang anda canangkan seolah milik mereka sendiri. Gambarkan secara nyata “kenikmatan” atau “hilangnya derita” jika tujuan itu tercapai.

Apa pun yang kita kerjakan, termasuk di bidang manajemen, ternyata tidak pernah lepas dari dua faktor tadi, yaitu mengejar kenikmatan, kesenangan, dan menghindari susah, atau kepedihan. Ketika anda bisa menggambarkan masa depan yang bisa menimbulkan kenikmatan, dan ternyata kenikmatan itu begitu “menggoda”, karyawan akan cenderung berjuang menuju tujuan itu.

Contoh, perusahaan tempat anda bekerja dua tahun lagi ingin “go public.” Untuk bisa go public perusahaan harus laba tiga tahun terus menerus. Agar laba yang sekarang bisa diikuti oleh laba dua tahun di masa depan, sebagai pemimpin anda menjanjikan untuk “membagikan” sebagian saham kepada kelompok manajemen dan karyawan yang berprestasi.

Tentu anda bisa membuat kriteria bagaimana definisi “berprestasi” itu. Anda kemudian menggambarkan betapa besar uang yang akan mereka terima jika saham itu “laris manis” di pasar modal. Jika manajemen dan karyawan yakin bahwa cita-cita itu memang bisa dilaksanakan, mereka akan berjuang untuk mencetak laba yang makin baik di masa depan.

Sebaliknya, untuk mendorong kelompok manajemen dan karyawan agar jangan “leha-leha,” anda bisa mengajak mereka membayangkan betapa sengsaranya hidup mereka jika perusahaan itu rugi terus. Pasti akhirnya akan dinyatakan bangkrut. Jika bangkrut, maka akan PHK besar-besaran, dan kenyataan membuktikan, mencari kerja sangatlah sukar. Pesan anda jelas, jika manajemen dan karyawan tidak memperbaiki kinerja dengan kerja keras dan cerdas, masa depan akan menjadi sangat gelap.

Perhatikan lagi kuncinya, ketika anda menceritakan masa depan, sebaiknya diceritakan secara hidup, syukur dramatis. Riset membuktikan bahwa dengan bercerita akan bisa membawa karyawan melihat gambaran yang begitu hidup, begitu nyata, dan akhirnya bisa menggerakkan karyawan menuju ke arah masa depan.

William Stewart, (Carter-Scott, 1994) seorang alumnus the Naval Academy yang merupakan veteran perang Vietnam ikut berpendapat tentang manajemen dengan mengatakan, “Ada perbedaan keahlian yang dituntut di dunia militer. Ketika keadaan damai, misalnya, anda akan sukses jika anda tahu bagaimana menerapkan manajemen. Namun ketika perang, anda hanya akan sukses jika anda mampu memimpin. Keahlian manajemen anda yang efektif, tidak terlalu bisa anda terapkan dalam perang. Yang diperlukan adalah kemampuan memimpin.” Sekarang ini Steward sudah menjadi pengacara yang sukses di Amerika Serikat.

Ketika anda belajar manajemen, anda selalu teringat oleh Henry Fayol. Ia, di tahun 1916 memperkenalkan konsep manajemen yang berupa merencanakan, mengorganisasikan, memerintahkan, dan mengawasi. Ketika ada orang bertanya kepadanya, apa tugas dari seorang dirut? POSDCORB jawabnya. Itu adalah kepanjangan dari planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting dan budgeting. Ia mengemukakan istilah itu di tahun 1930. Akronim manajemen itu ringkas dan mudah diingat.

Namun kenyataannya, itulah yang sering dikerjakan oleh para pemimpin, bahkan pemimpin puncak. Mereka lebih banyak melakukan manajemen. Seolah dengan cukup menjalankan fungsi-fungsi manajemen mereka akan mampu membawa perusahaan menang dalam persaingan. Namun berbekal manajemen saja jelas tidak cukup. Mereka harus memimpin.

Dari pengamatan saya, cukup sering seorang direktur yang begitu “getol” bergulat dan bergelut dengan anggaran. Bahkan waktu sehari-harinya sering dilewatkan untuk urusan manajemen, yang seharusnya bisa dilakukan oleh para manajernya. Akibatnya, direktur itu kemudian lupa tugasnya memimpin. Alhasil, organisasi itu tidak bergerak, stagnan, dan para karyawan selalu bertanya, “Akan di bawa ke mana gerangan perusahaan ini…”

Itu adalah kasus di mana pemimpin kebingungan membedakan fungsi kepemimpinan dan manajemen.

Satu perbedaan yang besar antara manajemen dan kepemimpinan adalah pada intuisi. Ada seorang pakar yang dengan yakin mengatakan, “Ketika anda mulai memanfaatkan intuisi anda, maka saat itulah anda sudah mulai melangkah menjadi pemimpin. Jika anda masih lebih banyak berkutat pada pengumpulan data, analisis data, dan mengambil keputusan, anda masih seorang manajer”

Mengapa intuisi begitu penting? Karena informasi yang ada sekarang itu sudah demikian membanjir. Di Amerika Serikat saja, di tahun 1997 diterbitkan 2000 buku bisnis dan manajemen setiap tahunnya. Andaikata anda ingin mengikuti setiap gagasan manajemen itu, dan membutuhkan waktu satu minggu untuk membaca satu buku hingga tamat, maka anda membutuhkan waktu 38 tahun. (setahun 52 buku, 10 tahun 520 buku, 2000 buku = 38 tahun). Itu asumsinya anda ingin membaca setiap buku bisnis dan manajemen yang terbit di sana setiap harinya. Begitu anda selesai, anda sudah ketinggalan 38 tahun terhadap informasi baru yang dicantumkan di buku-buku bisnis dan manajemen itu.

Itu baru buku, belum majalah manajemen, jurnal manajemen, newsletter, program bisnis di televisi, laporan berkala perusahaan. Jelas kita “tenggelam” dalam samudera informasi. Apa yang perlu dilakukan? Pilihlah saja membaca buku-buku yang memang kategorinya “the best”.

Karena demikian luar biasanya informasi, maka jelas tidak cukup untuk mempertimbangkan segalanya ketika anda akan memutuskan suatu inisiatif bisnis. Saat itulah intuisi sangat membantu para pemimpin. Jika anda ingin membaca lebih lanjut tentang informasi intusi, manajemen, anda dapat baca di sini.

Okay, itu saja ulasan saya tentang perbedaan manajemen dan kepemimpinan, jangan lupa baca artikel-artikel manajemen yang lain di web ini. Anda akan bersyukur ketika anda membaca berbagai artikel pada web ini.

Label:

Jika Industri Anda Berupa Bank, Jual Jasanya Murah, Niscaya Akan Unggul

Jika anda kuliah MM atau MBA pasti masih ingat teori generic dari Michael Porter. Ia menyarankan agar memilih strategi: murah (cost leadership), berbeda (differentiation), dan focus (focus). Dari risetnya, dan juga diikuti oleh para peneliti lain, secara tegas memilih salah satu strategi, secara signifikan lebih unggul daripada memilih strategi gado-gado.

Memilih strategi gado-gado, memang sangat mengasyikkan. Contoh, daripada memilih kutub ekonomi sosialis atau kapitalis, kita memilih ekonomi Pancasila. Di dunia bisnis juga seperti itu. Penginnya jualannya murah, dan juga bermacam-macam sehingga orang akan datang ke toko kita.

Riset yang dilakukan oleh Powers dan Hahn (2004) makin menunjukkan pentingnya memilih satu dari strategi generic tadi. Mereka melakukan studi sebanyak 98 bank di New England Amerika Serikat. Mereka ingin mendapatkan strategi apakah yang menyebabkan suatu bank unggul dibanding bank lainnya. Mereka menggunakan alat ukur ROA (Return on Assets). Ukuran ROA ini adalah ukuran kinerja yang umum digunakan untuk menilai kinerja bank. Gampangnya, dari asset yang dimiliki berapa keuntungan yang bisa diperoleh dari asset itu.

Ketika anda ke BCA, apa yang anda temui? Banknya padat bukan dengan nasabahnya? Bagaimana ketika anda ke Bank Niaga? Tidak terlalu ramai namun nyaman, tenang, satpamnya ramah dan anda senang di bank itu bukan? Jika anda sebagai pemilik bank, anda pilih tipe mana dari kedua bank itu? Pasti, inginnya ramai dan juga nyaman bukan? Itu pula yang juga diusahakan oleh BCA, ramai, namun tetap nyaman. Tapi mana yang kinerjanya dalam jangka panjang lebih menguntungkan? Terus terang saya tidak berani memberikan komentar apa-apa karena saya tidak meneliti kinerja kedua bank itu.

Dengan analisis statistik dan modelnya yang ruwet, peneliti tadi mendapatkan hasil yang bisa memberi pencerahan kepada kita semua.

Bank-bank yang unggul dalam jangka panjang adalah bank yang menekankan pada cost leadership. Artinya layanannya murah, bunga pinjamannya murah. Bank-bank murah itu ternyata jauh lebih unggul dibanding bank yang memakai strategi gado-gado atau istilahnya stuck-in-the-middle. Namun bank yang stuck-in-the-middle (gampangnya mereka ini strateginya berupa mengikuti strategi para pesaingnya saja) ini ternyata masih lebih unggul dibanding bank yang memilih salah satu strategi apakah diferensiasi atau focus.

Penelitian ini memberi kita informasi, pada industri perbankan ternyata sangat sulit mengajak nasabah untuk membayar lebih agar mendapat pelayanan yang lebih bervariasi, yang lebih tinggi. Mereka inginnya mendapat bunga yang rendah ketika akan pinjam uang. Bahkan kenyamanan yang ditingkatkan, satpam yang ramah, pegawai yang cantik-cantik ternyata tidak mampu mendongkrak kinerja keuangan dalam jangka panjang.

Di dalam industri yang dewasa (mature) dan produknya relative homogen seperti dunia perbankan ternyata cukup sulit untuk memperoleh keunggulan ekonomi dari sumber daya yang ada.

Solusinya? Dengan melihat value-chain-nya. Rantai nilai ini meliputi aktivitas-aktivitas yang menambah nilai mulai dari produksi, delivery hingga pemasaran. Untuk industri bank, bisa kita lihat pada proses penyelenggaraan jasa itu. Periksa komponen utama dari biaya, biasanya komponen biaya sdm menjadi biaya yang besar.

Kredit macet dan teknologi informasi juga punya andil yang besar dalam biaya. Agar terhindar dari kredit macet, proses pemberian kredit dapat lebih ditingkatkan kualitas prosesnya tanpa membuat nasabah jengkel karena prosedurnya berbelit. Untuk teknologi informasi, konsep resource sharing dengan bank lain bisa difikirkan. Sedangkan SDM, outsourcing tenaga non-bank sebaiknya dikaji feasibilitasnya.

Kesimpulan penelitian di atas adalah, jika anda industri bank, sebaiknya pikirkan serius tentang cost leadership ini..

Label:

Ketika Perusahaan ingin Hidup Abadi

Semua yang hadir menunggu dengan antusias. Gadis manis itu, bergaun sutera putih, mengambil nafas panjang, “hee eh…” dan kemudian dengan sepenuh tenaga ia lontarkan nafasnya melalui mulutnya, “wus, wus…” dan matilah nyala lilin itu. Ya, ia baru saja selesai meniup lilin ulang tahun.

Ketika gema lagu “selamat ulang tahun dan panjang umurnya” selesai, walau ada yang salah ucap menjadi “panjang ususnya” pesta dilanjutkan dengan peniupan lilin dan pembagian ulang tahun. Terus saja acara dilanjutkan dengan mencium pipi gadis itu, “sengok-sengok” dan pesta berlanjut…

“Mbok kalau Gusti Pangeran mengijinkan, saya tak mati saja. Rasanya saya sudah capek hidup di dunia ini. Semua teman saya sudah tidur dengan tenang di alam arwah sana, sementara saya, malah hidup terus dengan penyakit tua yang makin menggerogoti badan saya,” Ucap seorang pria tua berusia 88 tahun, yang “mendamba” kematian. Baginya, semakin cepat “panggilan pulang” hadir, semakin senang pula ia. Baginya, apa artinya hidup lama jika penyakit yang macam-macam selalu hadir dalam hari-hari panjangnya.

Ada kontradiksi di sini. Pada ulang tahun gadis cantik tadi, semua orang mengharap agar umur panjang, panjang rejeki, jodoh, dan panjang segala-galanya…Sementara, orang tua tadi begitu mendamba kematian.

Namun ada satu yang pasti, manusia pasti mati. Berapa pun umurnya, pasti mati. Bahkan Nabi Nuh, yang konon berusia 800 tahun, akhirnya beliau wafat.



Saya rasa tidak ada satu orang pun yang membantah hal ini, walau cerita-cerita popular di Barat ada yang meragukan kepastian ini. Hikayat Vampire pengisap darah, adalah tokoh yang bisa hidup terus sepanjang masa. Mereka hanya bisa mati jika kena sinar matahari atau kena belati kayu yang sudah diberi mantra, dan itu pun harus bisa ditusukkan tepat di tengah jantungnya. Jika hanya mengenai lengan, apalagi rambut, jelas vampire itu tidak mati.

Hidup langgeng, secara bawah sadar, adalah dambaan semua orang. Anda tidak ingin hidup langgeng? Ah, yang benar saja. O, mungkin ada syarat, kita inginnya hidup langgeng yang sehat, muda terus, dan tentu saja harus bahagia. Begitu bukan keinginan anda? Tapi, celakanya, hidup seperti itu tidak ada.

Tapi harapan hidup abadi selalu bergema di ruang batin semua orang. Harapan mereka sekarang diarahkan pada yang lain, yaitu perusahaan. Secara logika, semestinya semua perusahaan harus bisa hidup selamanya. Mengapa? Karena bukankah karyawan yang tua bisa digantikan oleh yang muda? Yang pensiun diganti tenaga segar. Otak tua diganti otak muda. Bukankah seharusnya bisa hidup sepanjang masa?

Perusahaan tempat saya bekerja, PT. Pos Indonesia, termasuk sudah sangat tua. Kantor pos yang pertama kali didirikan, adalah tahun 1864 di Batavia. Jadi Pos saat ini sudah berusia 142 tahun. Jika ia manusia, ia tentulah sudah sangat renta. Tapi jika ia awet muda, ia mungkin sudah berpengalaman kawin 3 atau 4 kali, karena istri-istrinya sudah wafat duluan.

Sementara itu, kantor tempat istri saya bekerja, sudah “wafat” lama. Ketika kami pacaran, saya selalu dengan bangga melihat tulisan di mana-mana, “Tanah ini milik BHS Bank.” Ketika saya tanya apa singkatannya BHS, dengan antusias “pacar” saya menjawab, “Bank Harapan Suram.” Sekarang bank itu sudah almarhum. Saya yakin bank itu masih belum terlalu “tua” ketika ia meninggal.

Ketika saya sering naik pesawat, saya saat itu merasa bangga. Pramugari dan pramugara yang melayani pesawat itu cantik dan ganteng. Naik pesawat itu, dan kemudian bercerita pengalaman kepada teman-teman saya, membuat saya makin bangga. Sempati, nama maskapai itu, sekarang sudah almarhum.

Deretan perusahaan kelas atas yang almarhum begitu banyak, mulai dari Bank Bali, Bank Duta, hingga bank Putera Sukapura. Apakah Sempati, BHS, dan bank-bank itu termasuk jelek kinerjanya? Apakah layanan mereka kepada pelanggan sedemikian buruknya sehingga ditinggalkan oleh pelanggannya? Tidak. Menurut saya, layanan mereka baik, bahkan Bank Bali, sangat baik. Jika baik, mengapa mereka harus sudah “meninggal?”

Sementara itu, Pos, si tua renta, masih bisa hidup dan bernafas. Bahkan, dengan manajemen strategi yang lumayan tepat di akhir-akhir ini, Pos menjalani semacam “mutasi sel” sehingga beberapa sel-selnya menjadi remaja (rejuvenated) dan bisa jadi sel remaja itu mempengaruhi sel-sel tua lainnya dan beralih menjadi remaja, yang akhirnya bisa hidup terus.

Menghadapi misteri kematian, memang menakutkan, sekaligus membangkitkan rasa ingin tahu yang besar. Ingrid Bonn, dari Griffith University Australia, juga tertarik melihat fenomena itu. Ia ingin melihat mengapa satu perusahaan bisa hidup terus, sementara lainnya sudah mati lebih dulu. Faktor apa yang menjadi penyebab hidup dan matinya perusahaan.

Melalui studinya terhadap 63 perusahaan di Australia, dan menguji 1000 variabel yang diperkirakan berpengaruh terhadap kelanggengan perusahaan, ia menemukan fakta-fakta menarik. Ia menemukan ada lima faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap daya tahan perusahaan. Faktor itu adalah: 1) Ukuran perusahaan, 2) sistem perencanaan, 3) arah perusahaan, 4) penelitian dan pengembangan, 5) karakteristik kepemilikan.

1. Ukuran perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, semakin tinggi daya hidupnya. Dari penelitiannya, Inggrid menemukan bahwa perusahaan di Australia yang berpenghasilan lebih dari 279 juta dolar Australia, lebih berpeluang hidup dibanding perusahaan yang berpenghasilan di bawah itu.

Pertanyaannya, mengapa perusahaan yang berpenghasilan besar itu jauh lebih lestari hidupnya? Dari literature kita tahu bahwa perusahaan besar jelas memiliki keunggulan dalam skala ekonomi. Mereknya dikenal luas, mereka juga bisa “bargain” lebih baik dengan pemasok dan distributor. Secara umum, mereka memang memiliki “kekuatan” yang lebih di pasar.

Walau demikian, perusahaan ini juga memiliki kelemahan, misalnya birokrasi, struktur organisasi yang ruwet yang bisa menghalangi kecepatan mereka unggul di pasar. Menghadapi keadaan seperti itu, para pemimpinnya harus mampu merumuskan manajemen strategi yang tepat. Jika tidak, keruwetan itu akan mengurangi "daya hidup" perusahaan tersebut.

2. Sistem Perencanaan. Dari penelitian jelas terlihat bahwa perusahaan yang mempunyai sistem perencanaan strategis yang formal, lebih berpeluang hidup lama dibanding yang tidak. Literatur juga menegaskan manfaat strategic planning ini, walau beberapa ahli seperti Quinn (1980) dan Mintzberg (1994) mempertanyakan manfaat itu. Ketika perusahaan mempunyai perencanaan strategis yang formal, mereka bisa mengidentifikasi ancaman dan peluang yang ada di sekitarnya. Ketika mereka menangkap peluang itu, dengan rencana formalnya, mereka bisa mengalokasikan waktu dan sumber daya yang tersedia di perusahaan itu. Di samping itu, dengan rencana formal itu, bisa memberi nilai simbolis kepada “stakeholder” bahwa perusahaan itu memang proaktif terhadap arah perusahaan itu di masa datang.

3. Adanya arah yang jelas bagi perusahaan. Ketika perusahaan menyusun perencanaan strategis, jelas harus ditentukan dulu arah yang jelas dari perusahaan. Ini pelajaran penting bagi para pemimpin. Ketika anda memimpin, anda harus dengan jelas ke arah mana anda menuju. Jangan pernah biarkan bawahan anda bertanya atau menggerundel, “Akan dibawa ke mana perusahaan ini?”

4. Komitmen terhadap penelitian dan pengembangan. Dari penelitian itu, ternyata perusahaan yang mengalokasikan lebih dari 1% dari pendapatan untuk penelitian, ternyata berpeluang hidup lebih lama dibanding yang mengalokasikan jumlah yang sedikit. Hasil ini juga sejalan dengan beberapa penelitian lain seperti dilakukan oleh Franko (1989) dan Capon (1990).

5. Kepemilikan. Ketika kepemilikan ditangan perusahaan asing, potensi hidup perusahaan lebih tinggi dibanding perusahaan berada di tangan pengusaha lokal. Ini juga terjadi di Indonesia. Perusahaan asing seperti Unilever, Philips, termasuk Pos (dulu milik Belanda), ternyata memang lebih mampu hidup lebih lama.

Hasil penelitian itu memberi kita informasi, bahwa perencanaan yang formal masih begitu bermanfaat bagi perusahaan, walau beberapa ahli seperti Mintzberg meragukan keunggulan itu. Sebagai pemimpin, sebaiknya anda jangan melupakan perencanaan formal itu. Tentu, walau formal, kreativitas dalam perencanaan masih harus terus diusahakan. Intuisi, gut feelings, masih harus diperhitungkan.

Selain itu, jangan lupa memberi arah yang jelas terhadap perusahaan. Orang sering menamakan arah ini dengan visi. Tentu tidak cukup hanya perencanaan formal dan visi saja, anda harus melaksanakan rencana dan visi itu. Tanpa itu, rencana tadi hanya berujud slogan-slogan indah yang terpasang di dinding-dinding dan di laporan keuangan yang tidak ada artinya apa-apa. Jika hanya itu yang anda lakukan, jangan-jangan “pintu kubur” perusahaan anda memang sudah terbuka lebar-lebar…

Salam

Label:

Apa hubungan antara Manajemen Qolbu dengan Manajemen?

Manajemen adalah ‘getting thing through other people.’ Perhatikan kata other people, yang artinya orang lain. Berarti manajemen bisa berjalan jika ada orang lain. Sedangkan manajemen qolbu? Siapa orang lain itu?

Manajemen qolbu dipopulerkan oleh Aa Gym, walau ada buku yang dikarang oleh Ibnu Qayum yang juga berjudul Manajemen Kalbu.

Jika orangnya hanya satu dan itu-itu saja, bisakah dinamakan manajemen? Menurut saya bisa, karena diri kita adalah multiple-selves. Diri kita ini ternyata terdiri dari banyak pribadi.

Contoh, Amir adalah muslim yang taat. Karena taat, pada waktu subuh ia pasti sholat. Saat itu, siapa pun orang yang melihat Amir pasti mengatakan ia seorang muslim yang sholeh. Amir kemudian bekerja di kantor. Sudah menjadi ‘rahasia umum’ kalau di kantor itu sering terjadi korupsi. Di tengah-tengah kerja itu, ia juga ikut korupsi tapi ‘sedikit’. Ia lakukan itu karena ‘orang-orang atas juga lebih gila lho korupsinya…’ Lihat ada self yang lain, yaitu seorang pejabat yang korupsi ‘kecil-kecilan’

Karena Amir seorang pemegang anggaran, dan ia sering membeli barang-barang yang sifatnya proyek, ia sering diajak makan malam oleh supplier. Setelah makan malam, ia diajak melihat ‘live show’ berupa tarian ‘perempuan cantik tapi miskin’, yang bajunya sangat minim dan kadang terlepas. Jelas ia sangat terhibur. Ketika ia ditawari minuman ‘agak’ keras untuk menghangatkan suasana, ia tidak menolaknya. Di sini ada self yang lain, lelaki yang sedang berhibur…

Ia kemudian pulang larut malam, dan segera saja ia mengambil wudhu dan shalat Isya. Saat itu, ia kembali menjadi muslim yang taat.

Perhatikan, bukankah Amir memiliki pribadi yang berbeda-beda. Karena memiliki pribadi yang berbeda itu, maka ia dinamakan orang yang tidak memiliki integritas.

Jika ia memiliki manajemen qolbu, ia akan kelola dirinya yang macam-macam itu. Ketika ia akan korupsi, ia akan ingat bahwa ia seorang muslim yang tidak boleh korupsi. Ketika di tempat hiburan, ia mungkin memilih hiburan yang hanya menawarkan musik biasa semacam jazz atau pop. Ketika ditawari minuman keras, manajemen qolbu mengingatkan agar ia menjauhi itu karena ia seorang muslim yang taat.

Manajemen qolbu juga mengelola diri yang terlalu besar ‘integritas’nya. Contoh, anda seorang tentara. Sudah menjadi sifat tentara untuk disiplin, keras, dan tertib. Karena anda komandan, perintah anda diikuti dengan penuh kedisiplinan.

Ketika anda di rumah, ‘tanpa terasa’ anda juga keras ketika memperlakukan anak anda. Akibatnya, anak malah melawan. Karena melawan, anda anggap ia sebagai ‘anak buah’ yang membangkang, akibatnya selalu saja terjadi pertentangan yang serius di rumah anda.

Inilah saatnya memainkan manajemen qolbu. Anda pasti berpikir, “Iya ya, diriku yang di kantor adalah tentara yang keras, sementara di rumah, aku adalah seorang ayah yang peduli dan penuh kasih kepada anak-anakku. Okay, akan aku rubah pendekatanku…”

Manajemen qolbu juga mendamaikan dan menyeimbangkan dua ‘orang’ yang ada di dalam diri anda, yaitu ego dan roh. Ego adalah diri kita yang inginnya menang sendiri. Ia tidak mau kalah, ia selalu mendorong untuk mencari harta sebanyak-banyaknya, bahkan ia tidak peduli caranya.

Ia selalu mengajak anda untuk bersedih jika anda bukan nomor satu. Ia selalu mengalihkan pikiran anda untuk memperhatikannya ketika anda mulai berpikir untuk hal-hal yang sifatnya spiritual dan ketuhanan.

Roh adalah bagian diri yang paling tinggi. Bagi roh, kerinduan utama adalah menghadap kepada Sang Pencipta dengan bekal amal yang sebanyak-banyaknya. Ia sering menangis ketika bisikan heningnya kepada kita selalu terkalahkan oleh teriakan ego yang tidak mau kalah.

Ia memandang antara dirinya dan manusia lain serta makhluk hidup lainnya adalah satu, terhubunga oleh energi ketuhanan yang mengalir melalui dirinya dan makhluk lain itu.

Inilah saat yang tepat bagi manajemen qolbu untuk mengendalikan kedua pihak itu agar tidak saling berbenturan. Ia akan berusaha menyadarkan ego untuk tenang sejenak dan mendengar bisikan transcendental dari roh. Ia akan mengajak ego untuk mengarahkan nafsunya yang tidak mau kalah dalam ujud perlombaan amal, banyak-banyakan amal, dan bagus-bagusan amal.

Jika itu bisa dilakukan, maka manajemen qolbu memang sudah menjalankan perannya dengan efektif…

Selamat menerapkan manajemen qolbu.

Label:

12/08/2008

Optimize Your Network With the Professional Through the Internet

One of the best ways to accelerate the increase in your career is to speak with your other friends, especially to open the curtain of information about career opportunities that you tekuni.

Internet provides many ways to do this, to provide opportunities for you in improving your communication with your friends, professionals, or anyone who may contact you to obtain information about this career opportunity.

Some of the possible ways to improve your relationship in this case via the Internet, which is joined with friends at school one time high school or college, organization, profession, etc..

* Take advantage of the facilities are alumni of the data on the internet, if you have not registered, register your name in there, how can you give dikontak by your friends, via email, web, mobile phones, or even by regular mail.
* Take advantage of the facilities discussion forum that many are available on the internet, took part in the forum, the participants only as passive, or only read the topic-topics course, and participate actively in discussions among their fellow. This forum can be a web-based, or based email that is often referred to the mailing list. No information about rare opportunities of work presented here.
* Jalinlah personal relationship with your friend to contact them periodically with a certain, though they do not forget you. Use your email.
* When necessary, chat with them through various media delivery of messages, such as Yahoo! Messenger, AOL Messenger, MSN Messenger, ICQ, etc..
* We will be working in a little more about this network in other parts of this book. So you can take advantage of this network with a more optimal and career issues, so the job is always close to you.

Label:

10/27/2008

Find Your Why

Find Your Why!
Tahukah Anda bahwa salah satu rahasia sukses seseorang ialah dengan menjawab pertanyaan "mengapa" anda harus mencapai kesuksesan tersebut. Soal bagaimana cara mencapainya itu adalah urusan kedua, semua orang bisa jika mau mempelajarinya. Segala rintangan akan bisa Anda atasi jika "MENGAPA" anda cukup kuat dan besar. Anda adalah penentu kesuksesan Anda, bukan orang lain bukan juga lingkungan, sekali lagi..... ANDA!
Coba Anda lihat, dalam suatu lingkungan pasti ada yang berhasil, tidak perduli bagaimana orang di sekitar kita tetapi ada saja orang yang berhasil. Hal itu menunjukan bahwa Andalah yang menentukan kesuksesan tersebut, bukan orang lain bukan juga lingkungan.
Semakin besar "Mengapa" Anda, akan semakin besar energi yang mendorong Anda untuk meraih sukses. Oleh karena itu sebelum Anda melakukan sesuatu Anda perlu menyatakan "mengapa" Anda sejelas mungkin, "mengapa Anda melakukan hal tersebut?" Jika Anda dalam bisnis, mengapa Anda melakukan bisnis tersebut?
"Mengapa" Anda harus benar-benar dapat menjadi sumber energi bagi Anda, caranya ialah dengan membuat "mengapa" tersebut sebesar mungkin, sehingga Anda mau berjuang dan bekerja keras untuk mencapainya. Tentukan "mengapa" Anda hari ini Cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
• Jika saya tidak harus bekerja semumur hidup, apa yang saya sukai untuk dilakukan?
• Bagaimana jika Anda punya uang Rp 100 milyar (tanpa pajak tanpa kewajiban bayar apa pun) apa yang akan lakukan?
• Jika Anda tahu umur Anda tingga enam bulan, sementara Anda bisa lakukan apapun, apa yang akan Anda lakukan?
Dari jawaban di atas akan membantu Anda menentukan apa keinginan sejati Anda. Hati-hati dengan hawa nafsu. Anda harus hati-hati dalam menentukan tujuan atau keinginan sejati Anda. Kembalilah selalu ke dasar Agama, jangan sampai anda salah dalam menentukan “Mengapa”-nya. So.. Find Your Why !!

Label: , ,

imajinasi

Jangan Meremehkan Imajinasi Anda.....!!!!
Pembaca, jangan meremehkan imajinasi. Imajinasi bukanlah gambaran kosong atau angan-angan tanpa isi. Sejarah telah membuktikan banyak tokoh terkenal menjadi besar berkat imajinasinya yang luar biasa. Imajinasi ternyata mempunyai kekuatan. Albert Einstein pernah mengatakan, “Energi mengikuti imajinasi”. Tentu saja, Einstein serius dengan ucapannya. Apalagi Einstein mengamini hukum kekekalan energi. Dia sendiri mengaku telah membuktikannya saat dia ditanya bagaimana dia mampu menghasilkan begitu banyak teori spektakuler, dia menjawab imajinasinyalah yang menjadi salah satu bahan bakar dari idenya itu.
Lantas, bagaimanakah imajinasi yang dihasilkan pikiran kita bekerja? Pada prinsipnya, perlu Anda sadari, pikiran kita adalah sebuah magnet yang luar biasa. Pikiran kita mampu menjadi otopilot atas apa yang ingin kita wujudkan, yang kita cita-citakan bahkan yang sekadar kita imajinasikan. Setiap orang boleh mempunyai mimpi akan masa depan. Mimpi menjadi seorang penulis hebat, misalnya, atau menjadi sastrawan, insinyur, dokter, dan sebagainya. Dalam perwujudan mimpi inilah kekuatan imajinasi berperan. Sekali kita merencanakan dan mematrikan imajinasi dalam pikiran kita, fisik kita pun mulai mencari jalan bagaimana merealisasikan apa yang sudah kita pikirkan.
Untuk mudahnya, pembaca, ada dua kisah tentang kekuatan imajinasi yang ingin saya ceritakan di sini. Pertama, kisah hidup Mayor James Nesmeth, seorang tentara yang doyan main golf. Dia begitu tergila-gila dengan golf. Tapi sayang sekali, sebelum menikmati kesempatan itu, dia ditugaskan ke Vietnam Utara.
Sungguh sial, saat di Vietnam dia ditangkap oleh tentara musuh dan dijebloskan ke penjara yang pengap dan sempit. Dia tidak diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan siapa pun. Situasi pengap, kosong, dan beku itu sungguh menjadi siksaan fisik dan mental yang meletihkan baginya. Untungnya, Nesmeth sadar dirinya harus menjaga pikirannya agar tidak sinting. Dia mulai berlatih mental. Setiap hari, dengan imajinasinya, dia membayangkan dirinya berada di padang golf yang indah dan memainkan golf 18 hole. Dia berimajinasi secara detail. Dia melakukannya rata-rata empat jam sehari selama tujuh tahun. Lantas, tujuh tahun kemudian, dia pun dibebaskan dari penjara. Namun, ada yang menarik saat dia mulai bermain golf kembali untuk pertama kalinya. Ternyata, Mayor James Nesmeth mampu mengurangi rata-rata 20 pukulan dari permainannya dulu. Orang-orang pun bertanya kepada siapa dia berlatih. Tentu saja, tidak dengan siapa pun. Yang jelas, dia hanya bermain dengan imajinasinya. Tetapi, ternyata itu berdampak pada hasil kemampuannya. Nah, inilah kekuatan imajinasi itu.
Kisah kedua adalah cerita tentang Tara Holland, seorang gadis yang bermimpi menjadi Miss America sejak kecil. Pada 1994, dia berusaha menjajaki menjadi Miss Florida. Sayangnya, dia hanya menyabet runner-up pertama. Tahun berikutnya dia mencoba, tapi lagi-lagi hanya di posisi yang sama. Hati kecilnya mulai membisikkan dirinya untuk berhenti.
Bulatkan tekad. Tapi, dia bangkit dan membulatkan tekadnya lagi. Dia pindah ke negara bagian lain, Kansas. Pada 1997, dia terpilih menjadi Miss Kansas. Dan di tahun yang sama, dia berhasil menjadi Miss America! Yang menarik, adalah saat Tara diwawancarai setelah kemenangannya, Tara menceritakan bagaimana dia sudah ingin menyerah setelah dua kali kalah di Florida.
Tapi, tekadnya sudah bulat. Selama beberapa tahun kemudian, dia membeli video dan semua bahan yang bisa dipelajari tentang Miss Pagent, Miss Universe, Miss America, dan sebagainya. Dia melihatnya berkali-kali. Setiap kali melihat para diva meraih penghargaan tertinggi, Tara membayangkan dirinyalah yang menjadi pemenangnya.
Satu lagi yang menarik dari wawancaranya adalah saat dia ditanya apakah dia merasa canggung saat berjalan di atas karpet merah. Dengan mantap, Tara Holland menjawab, Tidak sama sekali. Anda mesti tahu saya sudah ribuan kali berjalan di atas panggung itu. Seorang reporter menyela dan bertanya bagaimana mungkin dia sudah berjalan ribuan kali di panggung, sementara dia baru pertama kalinya mengikuti kontes. Tara menjawab, “Saya sudah berjalan ribuan kali di panggung itu…dalam pikiran saya.
Pembaca, dua kisah nyata di atas menceritakan tentang kekuatan imajinasi. Kita memujudkan apa yang kita lihat dalam pikiran kita. Imajinasi adalah energi. Energi yang kalau diolah terus-menerus akan mewujud dalam apa yang kita imajinasikan itu. Kekuasaan boleh memenjarakan fisik, membungkam mulut, tetapi sama sekali tidak bisa memasung imajinasi kita. Dengan kekuatan imajinasi, masa depan akan menjadi milik kita sesuai yang kita cita-citakan.
Dengan imajinasi, kita bisa menjadi tuan atas diri kita, "I am the master of my fate". Stephen Covey dalam 7 Habits mengatakan kita membuat kreasi mental lebih dulu sebelum kreasi fisiknya. Semakin kuat gambaran mental yang kita miliki, semakin besar energi yang kita miliki untuk mewujudkannya. Sebaliknya, jika kita terlalu banyak membayangkan yang buruk dan negatif, kita menarik energi negatif dan kita semakin ter-demotivasi untuk meraihnya.
Pepatah Latin mengatakan, "Fortis imaginatio generat casum", artinya imajinasi yang jelas menghasilkan kenyataan. Dengan demikian, jangan sia-siakan kekuatan imajinasi dalam diri kita. Imajinasi mampu menjadi kendaraan kita menuju apa saja yang kita mimpi dan cita-citakan. Imajinasi akan mengumpulkan seluruh energi kita untuk mewujudkannya. Dalam aplikasi sehari-hari, dengan imajinasi, kita membayangkan hal-hal positif yang akan kita lakukan dan membayangkan hal-hal positif yang akan terjadi. Betapa kita akan melihat langkah dan tindakan kita mulai mengarah pada apa yang kita bayangkan. Dan ¦the dreams will come true!

Label: , ,